Segala sesuatu kejadian di muka bumi
merupakan ketetapan Allah Swt. Demikian pula dengan musibah bernama
gempa bumi. Hanya berseling sehari setelah kejadian, beredar kabar—di
antaranya lewat pesan singkat—yang mengkaitkan waktu terjadinya musibah
tiba gempa itu dengan surat dan ayat yang ada di dalam kitab suci
Al-Qur’an.
“Gempa di Padang jam 17.16, gempa susulan
17.58, esoknya gempa di Jambi jam 8.52. Coba lihat Al-Qur’an!” demikian
bunyi pesan singkat yang beredar. Siapa pun yang membuka Al-Qur’an
dengan tuntunan pesan singkat tersebut akan merasa kecil di hadapan
Allah Swt. Demikian ayatayat Allah Swt tersebut:
17.16 (QS. Al Israa’ ayat 16):
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan
kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati
Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah
sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian
Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”
17.58 (QS. Al Israa’ ayat 58): “Tak
ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami
membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan
azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab
(Lauh Mahfuz).”
8.52 (QS. Al Anfaal: 52): (Keadaan
mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya serta
orang-orang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah
menyiksa mereka disebabkan disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah
Maha Kuat lagi Amat Keras siksaan-Nya.”
Tiga ayat Allah Swt di atas, yang
ditunjukkan tepat dalam waktu kejadian tiga gempa kemarin di Sumatera,
berbicara mengenai azab Allah berupa kehancuran dan kematian, dan
kaitannya dengan hidup bermewah-mewah dan kedurhakaan, dan juga dengan
keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya. Ini tentu sangat menarik.
Gaya hidup bermewah-mewah seolah
disimbolisasikan dengan acara pelantikan anggota DPR yang memang WAH.
Kedurhakaan bisa jadi disimbolkan oleh tidak ditunaikannya amanah umat
selama ini oleh para penguasa, namun juga tidak tertutup kemungkinan
kedurhakaan kita sendiri yang masih banyak yang lalai dengan ayat-ayat
Allah atau malah menjadikan agama Allah sekadar sebagai komoditas untuk
meraih kehidupan duniawi dengan segala kelezatannya (yang sebenarnya
menipu).
Dan yang terakhir, terkait dengan
“Fir’aun dan para pengikutnya”, percaya atau tidak, para pemimpin dunia
sekarang ini yang tergabung dalam kelompok Globalis (mencita-citakan The New World Order)
seperti Dinasti Bush, Dinasti Rotschild, Dinasti Rockefeller, Dinasti
Windsor, dan para tokoh Luciferian lainnya yang tergabung dalam
Bilderberg Group, Bohemian Groove, Freemasonry, Trilateral Commission
(ada lima tokoh Indonesia sebagai anggotanya), sesungguhnya masih
memiliki ikatan darah dengan Firaun Mesir (!).
David Icke yang dengan tekun selama
bertahun-tahun menelisik garis darah Firaun ke masa sekarang, dalam
bukunya “The Biggest Secret”, menemukan bukti jika darah Firaun memang
menaliri tokoh-tokoh Luciferian sekarang ini seperti yang telah
disebutkan di atas. Bagi yang ingin menelusuri gais darah Fir’aun
tersebut hingga ke Dinasti Bush, silakan cari di
www.davidicke.com (Piso-Bush Genealogy), dan ada pula di New England Historical Genealogy Society.
Nah, bukan rahasia lagi jika
sekarang Indonesia berada di bawah cengkeraman kaum NeoLib. Kelompok
ini satu kubu dengan IMF, World Bank, Trilateral Commission, Round
Table, dan kelompok-kelompok elit dunia lainnya yang bekerja
menciptakan The New World Order. Padahal jelas-jelas, kubu The New
World Order memiliki garis darah dengan Firaun. Kelompok
Globalis-Luciferian inilah yang mungkin dimaksudkan Allah Swt dalam QS.
Al Anfaal ayat 52 di atas. Dan bagi pendukung pasangan ini, mungkin
bisa disebut sebagai “…pengikut-pengikutnya.”
Dengan adanya berbagai “kebetulan” yang Allah Swt
sampaikan dalam musibah gempa kemarin ini, Allah Swt jelas hendak
mengingatkan kita semua. Apakah semua “kebetulan” itu sekadar sebuah
“kebetulan” semata tanpa pesan yang berarti? Apakah pesan Allah Swt itu
akan mengubah kita semua agar lebih taat pada perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya? Atau malah kita semua sama sekali tidak perduli, bahkan
menertawakan semua pesan ini sebagaimana dahulu kaum kafir Quraiys
menertawakan dakwah Rasulullah Saw? Semua berpulang kepada diri kita
masing-masing.
Wallahu’alam bishawab. oleh; (
Ridyasmara)